Sebelum kalian baca lebih lanjut, aku mau ngingetin kalo aku
bukan mau bagi-bagi enam belas permen nano-nano gratis.
Menurut perhitungan revolusi bumi terhadap matahari,
sekarang umurku masih 16 tahun. Aku tegaskan lagi, masih 16. 16ku dimulai saat
MOS SMA. Awal yang udah nano-nano banget. Beruntunglah waktu itu nggak
dikerjain. 16ku tambah nano-nano lagi ketika aku harus terpenjara di sebuah
kelas yang juga nano-nano. Kelas beranggotakan 32 ‘lehor’ ‘busuk’ yang sekali
lagi juga nano-nano. Jangan anggap aku menulis sesuatu yang kasar, kecuali
kalian ngeprint tulisan ini di kertas penuh dengan butiran duri. Bagi anak-anak
di kelasku (dulu), itu predikat yang biasa-biasa saja. Predikat yang
membanggakan? Oh jelas......tidak. “Yakin gan, kelasmu sinau bae. Hahaha”
mungkin itu kalimat yang sering aku dengar. Mungkin terdengar ambigu, antara
pujian atau sebaliknya. Semoga dari kalimat ini kalian mengerti gambaran kelas
itu seperti apa. Lebih lanjut akan ada lanjutan ceritanya yang kelanjutannya
(mungkin akan) ada di posting selanjutnya. Itu hanya secuil dari kisah nano-nano. Masih banyak yang
lain, kisah cinta misalnya #kode. Sebagai jomblo yang malam minggunya selalu
flat, kayaknya isi hatinya nggak pernah flat. Lagi-lagi, nano-nano.
Masih banyak lagi nano-nano yang lain, yang aku sudah tidak
berminat untuk menceritakan. Lagipula aku lupa bagaimana ceritanya. Mungkin di penghujung 16, kado paling ‘spesial’ adalah
pembagian kelas. Aku merasa horor. Mungkin sebentar lagi berubah wujud. Tapi
semoga kelas baru itu jauh lebih baik dari sebelumnya. Pun tidak sehoror yang
kukira. Semoga banyak keceriaan di sana. Semoga. Satu tahun lagi, insyaallah
akan kuceritakan bagaimana wujud kelas baruku itu.
Terima kasih untuk kalian semua, termasuk orang-orang baru
yang baru muncul di hidupku, yang ikut andil dalam menano-nanokan 16ku. Sekali
lagi terima kasih banyak. Maaf jika aku banyak melakukan kesalahan. Aku sayang
kalian, kecuali yang tidak kusayangi.